Benyamin Sueb (1939 – 1995) lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939.
Benyamin Sueb memang sosok panutan. Kesuksesan di dunia musik dan film
membuat namanya semakin melambung. Lebih dari 75 album musik dan 53
judul film yang ia bintangi adalah bukti keseriusannya di bidang hiburan
tersebut.
Dalam
dunia musik, Bang Ben (begitu ia kerap disapa) adalah seorang seniman
yang berjasa dalam mengembangkan seni tradisional Betawi, khususnya
kesenian Gambang Kromong. Lewat kesenian itu pula nama Benyamin semakin
popular. Beliau menikah dengan Nonnie pada tahun 1959 (kemudian bercerai
pada tanggal 7 Juli 1979 namun rujuk kembali pada tahun yang sama).
Tahun 1960, presiden pertama Indonesia, Soekarno, melarang diputarnya
lagu-lagu asing di Indonesia. Pelarangan tersebut ternyata tidak
menghambat karir musik Benyamin, malahan kebalikannya. Dengan
kecerdikannya, Bang Ben menyuguhkan musik Gambang Kromong yang dipadu
dengan unsur modern.
Kesuksesan dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan
satu grup Naga Mustika. Grup yang berdomisili di sekitar Cengkareng
inilah yang kemudian mengantarkan nama Benyamin sebagai salah satu
penyanyi terkenal di Indonesia.
Selain Benyamin, kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk
berduet dengan Benyamin. Dalam perkembangannya, duet Benyamin dan Ida
Royani menjadi duet penyanyi paling popular pada zamannya di Indonesia.
Bahkan lagu-lagu yang mereka bawakan menjadi tenar dan meraih sukses
besar. Sampai-sampai Lilis Suryani salah satu penyanyi yang terkenal
saat itu tersaingi.
Orkes Gambang Kromong Naga Mustika dilandasi dengan konsep musik Gambang
Kromong Modern. Unsur-unsur musik modern seperti organ, gitar listrik,
dan bass, dipadu dengan alat musik tradisional seperti gambang, gendang,
kecrek, gong serta suling bambu.
Setelah Orde Lama tumbang, yang ditandai dengan munculnya Soeharto
sebagai presiden kedua, musik Gambang Kromong semakin memperlihatkan
jatidirinya. Lagu seperti Si Jampang (1969) sukses di pasaran,
dilanjutkan dengan lagu Ondel-Ondel (1971).
Lagu-lagu lainnya juga mulai digemari. Tidak hanya oleh masyarakat
Betawi tetapi juga Indonesia. Kompor Mleduk, Tukang Garem, dan Nyai
Dasimah adalah sederetan lagunya yang laris di pasaran.
Terlebih setelah Bang Ben berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Nonton
Bioskop, nama Benyamin menjadi jaminan kesuksesan lagu yang akan ia
bawakan. Setelah Ida Royani hijrah ke Malaysia tahun 1972, Bang Ben
mencari pasangan duetnya. Ia menggaet Inneke Koesoemawati dan berhasil
merilis beberapa album, di antaranya “Nenamu” dengan tembang andalan
seperti Djanda Kembang, Semut Djepang, Sekretaris, Penganten Baru dan
Pelajan Toko.
Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin mendapatkan kesempatan untuk
main film. Kesempatan itu tidak disia-siakan. Beberapa filmnya, seperti
Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Intan Berduri serta Si Doel
Anak Modern (1976) yang disutradari Syumanjaya, semakin mengangkat
ketenarannya. Dalam Intan Berduri, Benyamin mendapatkan piala Citra
sebagai Pemeran Utama Terbaik.
Pada akhir hayatnya, Benyamin juga masih bersentuhan dengan dunia
panggung hiburan. Selain main sinetron/film televisi (Mat Beken dan Si
Doel Anak Sekolahan) ia masih merilis album terakhirnya dengan grup
Gambang Kromong Al-Hajj bersama Keenan Nasution. Lagu seperti Biang
Kerok serta Dingin-dingin menjadi andalan album tersebut.
Benyamin yang telah tiga kali menunaikan ibadah haji ini meninggal dunia
seusai main sepakbola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan
jantung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar